Covid-19, Virus Cantik Penuh Makna dan Setangkai Hikmah yang Bisa dipetik

oleh : Sita Nurhalimah
Corona, nama yang sekilas terdengar cantik. Nama yang memiliki arti "mahkota", sebuah perhiasan bagi bagian terpenting dari tubuh manusia yang menjadi tempat bernaung empat dari lima indera manusia yaitu kepala. Corona Virus, nama corona yang disandingkan dengan virus. Sebutan bagi virus yang secara fisik jika dilihat di miskroskop memiliki bentuk mirip mahkota. Siapa sangka 'virus cantik' ini berperan antagonis di alam semesta? Siapa saja yang terkena virus ini, jika daya tahan tubuhnya sedang tidak baik atau memang sudah punya penyakit berat beresiko tinggi terkena gejala-gejalanya seperti sesak nafas dan gangguan pada paru-paru. Virus yang hingga akhir Maret 2020 menyebabkan ratusan ribu orang terpapar dan ribuan manusia meninggal dunia. Sebelum dunia dikejutkan dengan penemuan Covid-19 (Coronavirus Diseas 2019), sebutan bagi virus corona jenis baru yang menyebabkan penduduk Wuhan terserang penyakit dengan gejala yang sama di penghujung 2019 lalu telah ada juga virus corona lain yang mematikan, seperti SARS-Cov dan MERS-Cov. Suatu fenomena yang tidak pernah terbayangkan sebelumnya. Kejadian di luar keinginan masyarakat. Sekolah dan sebagian besar kantor swasta dan pemerintah diliburkan, kegiatan yang menyangkut khalayak ramai ditunda pelaksanaannya, bahkan acara-acara besar sekelas Liga Sepak Bola sampai Olimpiade Dunia pun turut ditunda. Covid-19 bisa dilihat dari berbagai sudut pandang. Ada yang memandang dari sisi kesehatan, mengenai asal usulnya, gejala-gejala, penyebaran, sampai bagaimana cara pencegahan. Ini jumlahnya banyak. Ada yang memandang dari segi agama. Ini juga lumayan besar jumlahnya di media massa. Dan masih banyak lagi aspek yang ditinjau. Ada yang memandang dari segi militer, bahwa Covid-19 diduga merupakan senjata yang dibuat untuk membunuh manusia. Naudzubillaah min dzaalik. Virus yang diduga berasal dari kelelawar, hewan yang bisa menjadi inang dari berbagai virus berbahaya. Sebut saja : virus corona, ebola, dan lain-lain. Dari sumber yang penulis baca, kelelawar adalah hewan yang dirancang sedemikian rupa supaya dia bisa kuat untuk menampung virus-virus berbahaya tersebut. Malah sengaja Allah SWT rancang agar kelelawar mengumpulkan virus-virus berbahaya di alam dan menyimpannya dalam tubuhnya, supaya virus-virus berbahaya ini tidak menjangkiti manusia. Hewan yang luar biasa. Kelelawar yang hidup dalam gua sunyi, hanya keluar pada tengah malam dan kembali ke tempatnya pada dini hari. Hewan yang juga dicipta dengan wajah yang menyeramkan. Seakan memberi kesan supaya manusia menjauh dari mereka. Jika memang betul virus corona jenis baru ini berasal dari kelelawar, kita bisa menggali banyak hikmah. Tentang agama Islam yang melarang untuk menyantap hewan-hewan tertentu, hanya boleh memakan yang halal lagi baik. Dan Islam juga telah mengkategorikan makanan apa saja yang tidak boleh dimakan sebagaimana berikut. حُرِّمَتْ عَلَيْكُمُ ٱلْمَيْتَةُ وَٱلدَّمُ وَلَحْمُ ٱلْخِنزِيرِ وَمَآ أُهِلَّ لِغَيْرِ ٱللَّهِ بِهِۦ وَٱلْمُنْخَنِقَةُ وَٱلْمَوْقُوذَةُ وَٱلْمُتَرَدِّيَةُ وَٱلنَّطِيحَةُ وَمَآ أَكَلَ ٱلسَّبُعُ إِلَّا مَا ذَكَّيْتُمْ وَمَا ذُبِحَ عَلَى ٱلنُّصُبِ ۚ... “Diharamkan bagimu (memakan) bangkai, darah, daging babi, dan (daging) hewan yang disembelih bukan atas (nama) Allah, yang tercekik, yang dipukul, yang jatuh, yang ditanduk, dan yang diterkam binatang buas, kecuali yang sempat kamu sembelih. Dan (diharamkan pula) yang disembelih untuk berhala.” (QS. Al-Maidah ayat 3) Berdasarkan ayat diatas, memang ternyata tidak disebutkan secara khusus mengenai haramnya memakan kelewar. Hal ini juga senada dengan Menurut Wakil Ketua Komisi Fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) Dr. KH. Maulana Hasanuddin, MA. dan Wakil Sekretaris Komisi Fatwa MUI Drs. H Sholahudin al-Aiyubi, MSi melalui Jurnal Halal No. 105 edisi Januari-Februari 2014 tidak ada keterangan yang jelas mengenai hukum makan kelelawar dalam Al Quran. supaya Nabi Muhammad SAW melarang manusia untuk membunuh kelelawar. Dari ‘Abdullah bin ‘Amru, ia berkata, “Janganlah kalian membunuh katak, karena suaranya adalah tasbih. Jangan kalian pula membunuh kelelawar, karena ketika Baitul-Maqdis roboh ia berkata: “Wahai Rabb, berikanlah kekuasaan kepadaku atas lautan hingga aku dapat menenggelamkan mereka.” (HR. Al-Baihaqi). Dibunuh saja tidak boleh, apalagi menyantapnya. Ulama Ibnu Qayyim al-Jauziyyah mengharamkan kelelawar untuk dikonsumsi, termasuk untuk pengobatan. Namun, sebagian ulama seperti Yusuf al-Qardhawi berpendapat hukum makan kelelawar dalam Islam untuk obat diperbolehkan jika dalam kondisi darurat. Artinya, tidak ada lagi obat halal yang ampuh mengatasi penyakit yang diderita. Kalau tidak menggunakan makanan haram, penyakitnya akan semakin parah, tak bisa sembuh, atau berakibat kematian. Namun, kalau masih ada alternatif (halal), tidak ada keringanan maupun toleransi. Terakhir, Komisi Fatwa MUI mengingatkan agar masyarakat selalu mengonsumsi obat atau makanan yang telah jelas kehalalannya. (Sumber : detik.com) Hikmah yang bisa diambil dari Covid-19, luar biasanya peristiwa ini. Dengan memandangkan satu hal kecil saja yaitu mengenai tidak membunuh dan menyantap kelelawarnya saja insyaallah bisa membuat lebih dekat ke Allah. Belum lagi jika kita membahas hal yang lainnya. Wabah yang juga menggoyahkan perekonomian dunia. Di Indonesia sendiri banyak UMKM yang tidak kuat menghadapi perubahan ini dan terpaksa mem-PHK sebagian karyawannya. Belum lagi dari sektor lainnya seperti pariwisata, perhotelan dan lain-lain. Semuanya berkorban. Dari tayangan televisi yang penulis simak disebutkan oleh salah satu pengusaha yang terdampak bahwa manajemennya mengambil keputusan itu sebagai upaya untuk menyelamatkan perusahaan. Tindakan yang terpaksa diambil dengan harapan, dunia dan segala aktivitas yang mengiringinya bisa segera bangkit. "Ekonomi bisa dipulihkan, tetapi nyawa rakyat yang meninggal dunia tidak bisa dihidupkan kembali." Begitu kata beberapa pemimpin di negeri ini. Menyelamatkan nyawa manusia, menolong agar wabah ini tidak menjangkit banyak orang, walaupun perekonomian negara dipertaruhkan. Maasyaa Allah tabaarakallah. Memelihara jiwa manusia sangat dijunjung tinggi dalam Islam. Allah SWT berfirman : ... وَمَنْ أَحْيَاهَا فَكَأَنَّمَا أَحْيَا النَّاسَ جَمِيعًا ۚ ... ... Dan barangsiapa yang memelihara kehidupan seorang manusia, maka seolah-olah dia telah memelihara kehidupan manusia semuanya. ... (QS. Al Maidah ayat 32) Jika diibaratkan perang, yang biasanya para tentara militer yang ada di garda terdepan. Maka saat ini, saat kita tengah berperang dengan "makhluk tak kasat mata ini", para petugas medis-lah yang berperan penting sampai bertaruh nyawa demi menyelamatkan para korban yang positif terinfeksi Covid-19. Betapa terkurasnya waktu, pikiran, dan tenaga mereka. Bahkan sampai rela berpisah dengan keluarga tercinta untuk sementara waktu. Pemerintah meminta masyarakat untuk bekerja dari rumah, belajar di rumah dan beribadah di rumah. Himbauan tersebut dibangun diatas alasan yang kuat sebagai upaya memutus rantai penyebaran virus Corona atau Covid-19. Perintah mengandung kebaikan yang sangat besar dan luas, baik untuk individu, keluarga dan masyarakat umum, juga selaras dengan dalil-dalil Al-Qur'an dan As-Sunnah. Menjalani segala kegiatan di rumah dan berusaha tidak keluar rumah jika tidak begitu penting memang cukup menguji kesabaran juga. Ditambah dengan himbauan dari pemerintah yang bilang untuk sementara tidak mudik terlebih dahulu terlebih bagi yang tinggal di kawasan terdampak, seperti DKI Jakarta dan Jawa Barat. Kebijakan yang cukup pilu terlebih bagi para perantau yang tinggal jauh dari keluarga sementara terbesit keinginan untuk segera mudik. April 2020, belum ada tanda-tanda bahwa wabah akan segera selesai. Kesedihan yang belum sirna ternyata bertambah dengan kabar yang cukup membuat hati umat teriris, bukan karena apa-apa. Tapi Bulan Suci Ramadhan akan segera tiba, sementara wabah belum berakhir. Bagaimana dengan nasib kegiatan tarawih? Buka bersama? Kajian-kajian? Mau tidak mau, umat berarti perlu berlapang dada untuk menerima semuanya dan menerima ramadhan yang akan berbeda dari ramadhan-ramadhan sebelumnya. Musibah yang ada, semoga bisa menambah iman yang ada dan membuat kita jadi lebih dekat dengan sang pencipta. Dari Shuhaib, ia berkata, Rasulullah SAW bersabda, عَجَبًا لأَمْرِ الْمُؤْمِنِ إِنَّ أَمْرَهُ كُلَّهُ خَيْرٌ وَلَيْسَ ذَاكَ لأَحَدٍ إِلاَّ لِلْمُؤْمِنِ إِنْ أَصَابَتْهُ سَرَّاءُ شَكَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ وَإِنْ أَصَابَتْهُ ضَرَّاءُ صَبَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ “Sungguh menakjubkan keadaan seorang mukmin. Seluruhnya urusannya itu baik. Ini tidaklah didapati kecuali pada seorang mukmin. Jika mendapatkan kesenangan, maka ia bersyukur. Itu baik baginya. Jika mendapatkan kesusahan, maka ia bersabar. Itu pun baik baginya.” (HR. Muslim) Semoga umat Islam semuanya bisa bersabar, sehingga menjadi kebaikan. Menjadi umat terbaik yang selalu berada dalam keadaan menakjubkan. Sebagaimana hadits diatas. Referensi : Al-Quranul Karim Al-Hadits https://problematikaumat.com/haruskah-taat-berdiam-di-rumah-bagaimana-ekonomi-saya/ https://m.detik.com/news/berita/d-4872940/surat-al-maidah-ayat-3-atur-makanan-halal-dan-haram-sup-kelelawar-masuk-yang-mana https://bogordaily.net/2020/01/ternyata-virus-corona-sudah-tertulis-di-alquran-dan-hadist-ini-penjelasannya/ https://rumaysho.com/12985-ajaibnya-keadaan-seorang-mukmin.htmla
Tulisan ini Alhamdulillah telah dibukukan pada Juni 2020 dalam buku antologi yang berjudul "Kala Sang Pandemi Covid-19 Melanda Negeri" bersama 18 kawan-kawan lainnya se-Indonesia yang tergabung di Writing Prodigy Project. Allahuma bariik🤲

0 Response to "Covid-19, Virus Cantik Penuh Makna dan Setangkai Hikmah yang Bisa dipetik"

Posting Komentar