Ilustrasi |
🍁
Para pujangga berkata, "Adanya kita di dunia ini tak ubahnya laksana berada dalam kapal yang sangat besar dan menjalani kehidupan di dalamnya ibarat berlayar mengarungi lautan samudera yang amat sangat luas."
⛵
Artinya berat ringannya hidup selama di dunia sama dengan berat ringannya perjalanan berlayar di lautan, kadang bertemu dan mendapatkan masalah yang membuat kita galau, sedih, bingung, susah dan menderita. Itu berarti kapal sedang menghadapi dan diterjang ombak yang sedang besar dan tinggi di lautan, angin yang kencang dan cuaca yang buruk, ini sudah biasa terjadi. Sunnatullah
⛅
Namun suatu saat, kita juga merasakan hidup yang nyaman, tenang, bahagia, santai dan nikmat sekali. Itu berarti perahu layar kita sedang berada di laut yang ombaknya kecil, anginnya berhembus sepoi-sepoi dan cuaca yang cerah memanjakan makhluk hidup.
🎒
Begitu juga tentang perbekalan yang kita perlukan selama perjalanan. Ketika bekal makanan, minuman dan lain-lain telah menipis, singgahlah kita di beberapa pelabuhan untuk mengisi kembali dan mengumpulkan berbagai macam bekal yang diperlukan/telah habis tadi.
🌳
Bila dianalogikan dengan kehidupan kita sesungguhnya, maka bekal-bekal itu ibaratnya kondisi keimanan. Bila iman telah menipis, taqwa makin habis, berarti iman dan taqwa kita memang perlu diisi kembali. Solusinya adalah dengan membaca-baca buku tentang iman dan taqwa, menghadiri tempat-tempat pengajian, mendengarkan ceramah-ceramah agama dan kegiatan yang lainnya.
💌
Ingat pesan Allah Swt, “fatazawwaduu fainna khaira zaadid taqwa” artinya "maka berbekallah kalian, karena sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah taqwa."
🌊
Dalam mengarungi samudera agar kita semua bisa selamat sampai tujuan, jika saling menasehati satu dan lainnya. Apabila ada saudara kita yang berbuat kesalahan, maka kita ingatkan, ini akan membuat kita selamat. Namun jika kita biarkan, malah kita semua akan tenggelam.
🌹
Rasulullah Saw telah menggambarkan dalam Hadits;
عَنِ النُّعْمَان بْنَ بَشِيرٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا
عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ مَثَلُ الْقَائِمِ عَلَى حُدُودِ اللَّهِ وَالْوَاقِعِ فِيهَا كَمَثَلِ قَوْمٍ اسْتَهَمُوا عَلَى سَفِينَةٍ فَأَصَابَ بَعْضُهُمْ أَعْلَاهَا وَبَعْضُهُمْ أَسْفَلَهَا فَكَانَ الَّذِينَ فِي أَسْفَلِهَا إِذَا اسْتَقَوْا مِنْ الْمَاءِ مَرُّوا عَلَى مَنْ فَوْقَهُمْ فَقَالُوا لَوْ أَنَّا خَرَقْنَا فِي نَصِيبِنَا خَرْقًا وَلَمْ نُؤْذِ مَنْ فَوْقَنَا فَإِنْ يَتْرُكُوهُمْ وَمَا أَرَادُوا هَلَكُوا جَمِيعًا وَإِنْ أَخَذُوا عَلَى أَيْدِيهِمْ نَجَوْا وَنَجَوْا جَمِيعًا.
“Dari Nu’man ibn Basyir, RA. Dari Nabi Saw, bersabda :
“Perumpamaan pelaksana hukum Allah (mengingkari kemungkaran) dan melanggarnya (orang yang terjerumus dalam kemungkaran), bagaikan sekelompok orang yang melakukan undian (untuk menentukan tempat yang akan ditempati) pada sebuah kapal. Sebagian mereka mendapat tempat pada bagian atas, dan sebagian yang lain pada bagian bawah. Orang-orang yang menempati bagian bawah, ketika ingin mengambil air, harus melewati orang-orang yang berada di bagian atas. Lalu mereka berpendapat, kalaulah kita melubangi yang bagian kita satu lubang, tentu kita tidak akan merepotkan orang-orang yang berada di bagian atas. Jika mereka membiarkan orang-orang itu melakukan apa yang mereka inginkan, mereka akan celaka semuanya. Dan jika dapat menghentikan mereka, mereka akan selamat, dan selamat semuanya.”
(HR. Bukhari)
💦
Kita bisa bayangkan bagaimana bila kapal yang kita tumpangi itu bocor. Dan ketika kapal bocor, perlahan-lahan kita akan tenggelam. Rasulullah Saw jelas tidak menginginkan hal itu terjadi kepada umatnya.
🔽🔽🔽
Nabi Saw, dalam Hadits ini, membagi manusia dalam suatu masyarakat kepada tiga kategori :
Pertama, adalah masyarakat yang menegakkan Syariat Islam secara konsisten dengan melaksanakan amar ma’ruf dan nahi munkar.
Kedua, adalah masyarakat yang tidak mengindahkan amar ma’ruf dan nahi munkar.
Ketiga, adalah masyarakat yang mengulur-ulur pelaksanaan amar ma’ruf dan nahi munkar.
🚢
Ketiga kategori ini, diumpamakan oleh Nabi Saw dengan penumpang sebuah kapal yang akan menempati tempat duduk dengan cara diundi diatas.
⤵⤵⤵
Ibnu Hajar memberikan beberapa faedah terkait hadits di atas :
🌟
Hadits tersebut berisi pelajaran bahwa hukuman bisa jadi menimpa suatu kaum dikarenakan meninggalkan "ingkarul mungkar" atau "merubah kemungkaran".
🌟
Seorang yang berilmu bisa memberikan penjelasan dengan membawakan permisalan.
🌟
Hendaknya saling mengingatkan jika ada kekeliruan atau bahaya yang diperbuat oleh saudara kita seperti orang yang berada di bagian atas kapal melihat orang yang berada dibagian bawah ingin melubangi kapal supaya bisa mendapat air. Sebagaimana Allah Swt ingatkan dalam firman-Nya;
“Dan peliharalah dirimu dari pada fitnah yang tidak hanya menimpa orang-orang yang zalim diantara kamu saja. Dan ketahuilah bahwa Allah amat keras siksaan-Nya.” (QS. al-Anfal ayat 25).
❓
Siapakah para pelubang kapal itu ?
🔝
Judul diatas ditujukan pada mereka ini (pelubang kapal)
Ternyata setelah dilihat dalam kehidupan nyata banyak diantara kita dan orang-orang di sekitar yang berusaha melubangi kapal kehidupan ini. Entah perbuatan itu disadari atau tidak, sengaja atau tidak. Secara langsung dan tak langsung, perbuatan-perbuatan itu menjadi salah satu penyebab bocornya kapal kehidupan.
Contoh :
Ada beberapa pejabat (tidak semuanya) ingin dapat harta yang banyak dan tahta yang kuat tak tergantikan, lalu diambillah jalan pintas dengan menghalalkan segala cara untuk mencapainya. Caranya macam-macam, bisa dengan korupsi atau mark up anggaran atau suap sana-sini.
Di negeri ini, terlihat jelas beberapa penguasa (tidak semuanya) yang ingin langgeng kekuasaan dan posisinya, lalu ditempuhlah segala cara, yang haram jadi halal, yang kawan jadi lawan dan yang lawan jadi kawan atau melakukan pembodohan dimana rakyat dimanjakan dengan pembangunan yang tidak penting (demi pencitraan) sementara dana nya adalah hutang negara, yang suatu saat akan menyusahkan generasi penerus bangsa ini.
🔎
Pelubang kapal yang dimaksud Rasulullah Saw adalah sejenis manusia yang memiliki karakter tidak saja egois, tapi juga manusia yang hobi berbuat maksiat atas aturan Allah Swt dan Rasul-Nya. Bermaksiat berarti menjalankan apa yang dilarang dan meninggalkan apa yang diperintahkan Allah Swt dan Rasul-Nya.
Misalnya :
Ketika seseorang meninggalkan shalat fardhu atau puasa ramadhan, maka seseorang itu sudah termasuk golongan orang-orang yang melubangi kapal.
Ketika asyik memperkaya diri, tanpa peduli tetangga kiri-kanan yang lagi kesusahan, maka itu sudah termasuk golongan orang-orang yang melubangi kapal.
📌
Bayangkan bila sebagian besar rakyat di negeri ini menjadi pelubang kapal. Lubang yang kecil-kecil tadi tentu menjadi lubang-lubang yang semakin banyak dan semakin besar. Pada akhirnya, kapal akan tenggelam perlahan-lahan.
⚡
Makanya tak heran bila di negeri gemah ripah loh jinawi-toto tentrem kertoraharjo ini, bencana terjadi silih berganti. Artinya kapal ini sudah banyak berlubang, kapal ini telah dilubangi oleh para penumpang-penumpang yang hanya memikirkan perut mereka sendiri. Kapal ini telah retak. Artinya siap-siap tenggelam !
Kenapa ? Karena pesan Rasulullah Saw tidak diindahkan.
💔
Segolongan umat yang senantiasa memberi peringatan/teguran tidak pernah digubris. Bahkan mereka ini dianggap tidak demokratis/fundamentalis dan lebih menyakitkan lagi mereka ini sering diperlakukan bak teroris. Perintah negara-negara Barat justru dijadikan pedoman, sedangkan perintah Allah Swt dan Rasul-Nya malah diacuhkan.
👥
Yang mayoritas adalah orang-orang yang hobinya melubangi kapal, dan yang minoritas adalah yang menyeru, mengingatkan dan menasehati kepada jalan kebaikan.
❓
Kita termasuk yang mana ?
➖➖➖
Sumber :
Materi Kajian Online yang bertemakan "Jangan Lubangi Kapal Kita" Grup ODOJ yang disampaikan oleh Nurul Fadhilah yang biasa disapa Bunda Lillah (Member ODOJ yang juga merupakan pengajar dan pembina pengajian di sekitar tempat tinggalnya di Semarang).
📚
Referensi yang digunakan Pemateri :
📗 Al-Wafi, Syarah Kitab Arbain An-Nawawiyah
🌏 Eramuslim.com
🌾🌾🌾
Lihat lanjutannya disini.
0 Response to "Sebuah Perumpaan : Jangan Lubangi Kapal Kita (Part 1)"
Posting Komentar