Ilustrasi |
π
Semenjak lahir sebenarnya kita sudah di fitrahkan, dibekali oleh Allah SWT dengan qolbun salim.
➡
Hati yang salim ini menjadi penunjuk jalan bagi jiwa kita selama kita di dunia.
π€
Sesungguhnya tempat asal jiwa kita adalah akhirat, sedangkan di dunia jiwa kita hanya menumpang pada jasad ini, sehingga agar jiwa tak tersesat selama menumpang di jasad dan hidup di dunia maka Allah berikan pada kita Qolbun salim.
π
Dan sudah seharunya jiwa, karena rumah sesungguhnya di akhirat, ia semestinya akan selalu rindu untuk pulang, bagaikan seorang yang lama hidup jauh di rantau, niscaya ia ingin sekali untuk pulang kembali ke asalnya.
❓
Bagaimana dengan jiwa kita ?
Jika saat ini kita ditaqdirkan untuk pulang ?
Sudah siap dengan bekal kita ?
⏳
Karena kita tak tahu sampai kapan waktu kita (yang sesungguhnya sudah tertulis di lauhul mahfudz) maka mau tidak mau kita harus sudah siap dengan bekal-bekal kita.
π
Apa yang terjadi ketika kita tak punya bekal ?
π
Semestinyalah jiwa kita tidak akan sampai pada tujuannya, yaitu surga.
π
Tapi bagaimana dengan jiwa yang betah di dunia dan tidak ingin pulang, malah ia lupa bahwa nantinya jiwanya kan pulang pada saatnya ?
Berati ia tidak menggunakan Qolbun salimnya dengan baik, sehingga qolbun salim ini tidak menjadi penunjuk untuk dia.
π
Seorang yang menggunakan qolbun salim, maka hidupnya akan tenang, seolah jalan, maka jalannya adalah jalan yang lurus, seperti doa kita dalam QS. Al-Fatihah.
Seperti itulah jalan menuju surga, ia lurus.
Dan ia berhasil menjadikan apa saja yang terjadi padanya, menjadi jalan yang lurus yang ditempuhnya untuk menuju surga.
Tapi ia yang tidak menjadikan qolbun salimnya menjadi penunjuk, maka ia akan melewati jalan yang berliku-liku, yang berkelok-kelok, yang naik turun yang sulit sekali untuk menempuhnya.
Sehingga, ia kepayahan dan kesusahan dalam hidupnya, hidupnya susah, capek, tidak tenang dan damai dalam perjalanannya itu, dan ada pula yang sampai bingung mana jalan yang menuju surga dan mana yang menuju neraka... Subhanallah
Ada juga yang sudah stadium akhir maka dibutakan hatinya, sehingga jalan menuju neraka sudah ia anggap biasa saja, selayaknya jalan yang akan mengantarnya ke surga saja.
πΎπΎπΎ
Semoga kita bisa mengelola dengan baik hati kita.
Aamiin
πππ
Sumber :
qudwahqanita.blogspot.com
0 Response to "Jalan Pulang Menuju Surga (Sebuah Renungan)"
Posting Komentar