a. Pemahaman
Dalam membentuk akhlak yang mulia Al-Banna mengarahkan seorang muslim agar mengedepankan pemahaman akan pokok-pokok akhlak. Pemahaman tentang akhlak tersebut diambil dari:
1) Al-Qur’an
Dengan menjadikannya sebagai wirid harian untuk dibaca, ditadabburi dan diamalkan. Al-Banna mengatakan, “Hendaknya engkau memperbaiki bacaan Al-Qur’anmu, memperhatikannya dengan seksama dan merenungkan artinya.” (Al-Banna, 2009:177).
Sebagaimana yang sudah diketahui bahwa tema akhlak merupakan salah satu pembahasan penting yang terdapat dalam Al-Qur’an. Sehingga dengan menjadikan Al-Qur’an sebagai wirid harian untuk dibaca dan di tadabburi diharapkan seorang muslim dapat mengetahui pokok-pokok akhlak mulia dalam Al-Qur’an dan kemudian mengamalkannya.
2) Al-Hadits
Selain pemahaman akan Al-Qur’an, Al-Banna juga mengarahkan seorang muslim agar mengambil pelajaran pokok-pokok akhlak mulia dari hadits, dalam hal ini Al-Banna menyarankan untuk menghafal minimal empat puluh hadits dalam kitab al Arba'in Al-Nawawi. Al-Banna mengatakan, “Hendaklah engkau juga banyak membaca hadits Rasul SAW, minimal hafal empat puluh hadits, ditekankan al Arbain Nawawi.” (Al-Banna, 2009:177).
3) Mengkaji sirah Nabawi dan juga sirah salafus shalih.
Mengkaji sirah Nabawi dan sirah salafus shalih merupakan hal yang penting menurut Al-Banna. Ia mengatakan, “Hendaklah engkau juga mengkaji sirah Nabi dan sejarah para salaf sesuai dengan waktu yang tersedia.”
Urgensi mengkaji sirah adalah karena menurutnya sirah Nabi dan para salaf merupakan contoh aplikatif dari perintah Allah dan ajaran Islam. Hasan Al-Banna mengatakan; Dakwah kami memang Islamiyah, dengan segala makna yang tercakup dalam kata itu. Pahamilah apa saja yang ingin Anda pahami dari kata itu dengan tetap berpedoman pada Kitab Allah, Sunah Rasulllah saw. dan sirah salafus shalih (jalan hidup pendahulu yang shalih) dari kaum muslimin. Kitab Allah adalah sumber dasar Islam, Sunah Rasulullah SAW. adalah penjelas dari kitab tersebut, sedang sirah kaum Salaf adalah contoh aplikatif dari perintah Allah dan ajaran Islam (Al-Banna, 2012:37).
Hasan Al-Banna juga sering memberikan contoh-contoh konkrit dari perilaku para salafus shalih saat memberikan ceramah yang bertema akhlak (Asyur, 2004:22). Dengan demikian, Hasan Al-Banna
dengan mengarahkan untuk mengkaji sirah bermaksud memberikan pemahaman bahwa tema-tema akhlak mulia dalam Islam tidak hanya berada dalam suatu tataran teoritis, akan tetapi terdapat suatu contoh konkrit yang bisa diambil pelajaran dari kehidupan para salafus salih.
4) Mengkaji pokok-pokok akidah dan cabang-cabang fiqh.
Mengkaji pokok-pokok akidah dan cabang-cabang fiqh juga merupakan hal penting yang ditekankan Al-Banna dalam membentuk pribadi yang berakhlak mulia. Ia mengatakan, “Dan hendaklah engkau mengkaji risalah tentang pokok-pokok akidah dan cabang-cabang fiqh” (Al-Banna, 2009:177). Hal ini karena banyak dari kalangan orang-orang Islam yang berpecah belah dan saling menyalahkan karena fanatisme madzhab.
Diharapkan dengan mempelajari pokok-pokok akidah dan cabang-cabang fiqh seorang muslim memahami pokok-pokok akidah sehingga tidak terjerumus
pada akidah yang salah, dengan pemahaman akan cabang-cabang fiqh, seorang muslim dapat memahami adanya berbagai pendapat dalam fiqh dan dasar dari pendapat tersebut sehingga seorang muslim tidak mudah menyalahkan orang lain yang tidak semadzhab dan tentunya sikap yang lebih penting lagi adalah kesediaan untuk menghormati pendapat yang dipahami pihak lain.
b. Pembiasaan
Metode pembiasan bertujuan untuk menanamkan kecakapan dalam berbuat, tentu saja dalam hal ini tidak lupa didiringi dengan pemberian pemahaman sebagaimana yang telah dijelaskan dalam
pembahasan terdahulu, sehingga seorang muslim selaras antara teori dan praktek (Marimba, 1981:82).
Dalam hal pembiasaan Al-Banna
menekankan seorang muslim agar membiasakan diri dengan hal-hal berikut:
1) Memiliki wirid tilawah Al-Qur’an dalam sehari minimal satu juz. Al-Qur’an memiliki posisi yang sangat penting dalam pandangan Al-Banna. Sebagaimana pandangannya yang bersifat syumuliyah terhadap ajaran Islam, demikian pula pemahamannya terhadap Al-Qur’an.
Al-Banna mengatakan, Al-Qur’an Al-Kharim adalah sistem yang komprehensif bagi seluruh hukum Islam. Al-Qur’an adalah sumber mata air yang senantiasa menyirami hati-hati orang-orang yang beriman dengan kebijakan dan hikmah. Dan yang paling utama seorang hamba dalam upaya bertaqarrub kepada Allah adalah dengan membacanya (Al-Banna, 2009:95).
Membaca Al-Qur’an menjadi salah satu hal pokok dalam pandangan Al-Banna. Hal inilah yang menjadikan ia menekankan seorang muslim agar memiliki wirid harian berupa tilawah Al-Qur’an minimal satu juz setiap hari dan berusaha untuk khatam
tidak lebih dari satu bulan serta tidak kurang dari tiga hari.
Al-Banna mengatakan; Hendaknya engkau memiliki wirid harian dari Kitabullah (Al-Qur’an) yang tidak kurang dari satu juz. Dan berusahalah dengan sungguh-sungguh untuk mengkhatamkan Al-Qur’an dalam waktu tidak lebih dari satu bulan dan tidak kurang dari tiga hari (Al-Banna, 2009:95).
2) Membiasakan diri dalam keadaan berwudhu.
Al-Banna menekankan seorang muslim agar senantiasa berusaha membiasakan diri dalam keadaan berwudhu di sebagian waktu yang dimiliki dengan terlebih dahulu memperbaiki kualitas bersuci. Al-Banna mengatakan, “Hendaklah engkau meningkatkan (kualitas) bersucimu dan usahakan selalu dalam keadaan wudhu di sebagian besar waktumu” (Al-Banna, 2009: 327).
3) Memperbaiki kualitas shalat dan membiasakan berjamaah.
Al-Banna juga menekankan agar seorang muslim memperbaiki kualitas shalat serta berusaha melaksanakannya tepat waktu dan berjamaah di Masjid jika memungkinkan. Al-Banna mengatakan, “Hendaklah engkau meningkatkan kualitas shalatmu. Biasakan shalat tepat pada waktunya, dan upayakan berjamaah di masjid jika memungkinkan.” (Al-Banna, 2009: 327).
Al-Banna memposisikan sholat dalam hal yang sangat urgen dalam membentuk akhlak yang mulia, hal ini karena shalat
merupakan penenang hati dan penghubung antara hamba dengan Tuhan.
4) Senantiasa memperbarui taubat dan istighfar.
Hal lain yang menjadi fokus Al-Banna dalam membentuk akhlak yang mulia adalah dengan senantiasa memperbarui taubat dan istighfar dan menjaga diri dari dosa kecil maupun yang besar.
Sebagaimana yang ia katakan, “Hendaklah engkau senantiasa memperbaharui taubat dan istighfar. Jagalah dirimu dari dosa-dosa kecil apalagi yang besar” (Al-Banna, 2009: 181).
5) Membiasakan diri dengan Muraqabatullah.
Muraqabatullah menjadi salah satu hal yang ditekankan Al-Banna dalam upaya pembinaan akhlak. Dengan muraqabatullah seorang muslim akan senantiasa menjaga diri dalam keadaan apapun karena merasa senantiasa dalam pengawasan Allah SWT.
Tentang muraqabatullah Al-Banna mengatakan : "Hendaklah engkau senantiasa merasa diawasi Allah, mengingat akhirat, mempersiapkan diri untuk menghadapinya, menempuh fase demi fase perjalanan menuju keridhaan Allah dengan melakukan ibadah sunnah, seperti: shalat malam, berpuasa minimal tiga hari tiap bulan, memperbanyak berdzikir dengan hati maupun lisan, dan memperhatikan doa-doa dalam berbagai kesempatan." (Al-Banna, 2008: 326-327).
c. Refleksi
Salah satu hal penting dalam membentuk akhlak yang mulia adalah dengan rutin melakukan refleksi, dalam bahasa Al-Banna adalah bermuhasabah.
Dengan bermuhasabah seorang muslim akan senantiasa memperbarui taubat dan istighfar karena mengetahui apa saja kesalahan-kesalahan yang telah dilakukan dan tentunya dengan pengetahuan tersebut ia akan berusaha untuk tidak mengulangi kesalahan yang sama.
Al-Banna mengatakan dalam wajibat al akh al amil, “Sediakan untuk dirimu beberapa saat sebelum tidur untuk
bermuhasabah terhadap apa-apa yang telah engkau lakukan, yang baik maupun yang buruk.” (Al-Banna, 2009:181).
Muhasabah menjadi salah satu hal penting menurut Al-Banna. Ia mengelompokkan muhasabah dalam wirid harian seorang muslim sebagaimana yang terdapat Al-Ma’tsurat.
Al-Banna mengatakan, Muhasabah adalah usaha untuk menghadirkan kembali dalam ingatan pada saat menjelang tidur, semua amal perbuatan yang dikerjakan sepanjang hari. Jika seorang akh mendapatkan kebaikan maka hendaknya ia memuji Allah. Namun, jika tidak mendapati yang demikian maka beristighfarlah kepadaNya, memohon kepada-Nya, kemudian memperbarui taubat, lalu tidur dengan niat yang utama (Al-Banna, 2009:317-318).
Dengan demikian muhasabah menjadi salah satu wirid harian yang hendaknya dilaksanakan seorang muslim, karena dengannya seorang muslim akan memiliki upaya untuk senantiasa memperbaiki diri.
Sumber :
Hakim, Masrul. (2018). Pemikiran Hasan Al-Banna Tentang Pendidikan Akhlak dalam Metode Pendidikan Akhlak. Skripsi. Jurusan Pendidikan Agama Islam IAIN Salatiga.
0 Response to "Pembentukan Akhlak dengan Memperhatikan Tiga Aspek Berikut! Konsep dari Hasan Al-Banna"
Posting Komentar