Tugas : Analisis Kasus



Ilustrasi

ANALISIS KASUS/ISSU YANG BER-SETTING PENDIDIKAN DENGAN MENGGUNAKAN TEORI PSIKOLOGI PENDIDIKAN
(untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Psikologi Pendidikan)


Nama         : Sita Nurhalimah
NIM           : 1306931



Program Studi Pendidikan Ekonomi
Fakultas Pendidikan Ekonomi dan Bisnis
Universitas Pendidikan Indonesia
2013


A.   Kasus
PENTINGNYA PENDIDIKAN RAMAH ANAK
21 Agustus 2013
SEMARANG-suaramerdeka.com


A
nak sebagai generasi penerus bangsa seringkali menjadi ajang kekerasan atas problematika yang dialami guru maupun orangtua. Anak juga sering menjadi pelampiasan kekerasan, baik di rumah, sekolah, maupun lingkungan sekitar.
Data dari Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) pada tahun 2011 terdapat 244 pengaduan kasus kekerasan anak. Di tahun 2012 meningkat menjadi 506 kasus kekerasan.
Hal itu disampaikan ketua komisi sosialisasi KPAI, Dr. H. Asrorun Ni’am Sholeh, MA  dalam acara Semiloka Pengembangan Pendidikan Ramah Anak di pesantren. Menurutnya, terdapat 3 kekerasan yang sering terjadi. Yaitu kekerasan fiisik, seksual dan sosial. Tren meningkatnya kasus kekerasan ini disebabkan meningkatnya angka perceraian dalam rumah-tangga serta tayangan kekerasan di televisi”.
“Tahun 2012, ada sebanyak 267 kasus anak berhadapan dengan hukum (ABH) dan pengaduan kekerasan sebanyak 156 kasus” tegasnya. Dikatakan pula bahwa perlindungan terhadap anak masih minim, Lembaga pendidikan formal (sekolah) atau lembaga pendidikan nonformal (pesantren) harus memberikan hak anak sebaik mungkin. Hak anak tersebut meliputi hak untuk mendapatkan pendidikan, kesehatan, perlindungan, perlakuan baik, dan perlindungan norma sosial.
Menurutnya, salah satu solusi yang bagus untuk di aplikasikan adalah pendidikan ramah anak. Pendidikan ini menanamkan pembelajaran modeling system. Guru atau ustad memberi contoh teladan yang baik, sehingga anak-anak secara spontan akan meniru sifat-sifat guru atau ustad tersebut.






B.   Hasil Analisis
Mengacu pada konsep dasar psikologi pendidikan, khususnya dalam pendekatan behaviorisme yang menyatakan bahwa pendidikan itu merupakan usaha penciptaan seperangkat stimulus (conditioning) yang diharapkan menghasilkan seperangkat respon tertentu. Serta prestasi belajar, sikap dan keterampilan merupakan indikator-indikator dari perubahan dan perkembangan perilaku termaksud. Jika seorang anak mendapatkan pendidikan (baik dari keluarga, sekolah, atau lingkungan masyarakat) berupa stimulus yang kurang baik seperti pada kasus kekerasan di atas, kemungkinan ia akan merespon juga hal yang kurang baik.
Saya sependapat dengan apa yang dikemukakan oleh Ketua Komisi Sosialisasi KPAI yang menyatakan “ Tren meningkatnya kasus kekerasan ini disebabkan meningkatnya angka perceraian dalam rumah-tangga serta tayangan kekerasan di televisi  karena sebagaimana kita ketahui bahwa :
·         Orangtua yang bercerai cenderung emosional dan menumpahkan kekesalan atau kemarahan mereka kepada anak serta tak jarang diantara mereka yang main fisik (contoh: memukul, menendang, menampar, dsb)
·         Tayangan kekerasan yang ditampilkan di televisi secara langung maupun tidak langsung dapat mempengaruhi anak. Mereka kemungkinan akan meniru adegan kekerasan tesebut (contoh: berkelahi dengan teman bermain)
Kekerasan yang menimpa anak-pun dapat berasal dari guru yang tempramental, contohnya ketika si anak membuat kesalahan (seperti tidak mengerjakan PR, bolos pada saat jam pelajaran) guru tersebut memberikan hukuman yang berlebihan contohnya, anak diperintah untuk berjemur selama 3 jam pada saat terik matahari atau anak ditampar oleh guru dihadapan teman-temannya. Hukuman ini sangat tidak sesuai karena berdasarkan teori belajar operant conditioning dikemukan yang B.F. Skinner bahwa “Hukuman (negative reinforcer) hanya menekan perilaku selama hukuman diberikan, jadi tidak efektif dalam waktu yang lama”.
Kemudian  menurut Erikson, identitas pribadi seseorang itu tumbuh dan terbentuk melalui perkembangan proses psiko-sosial yang berlangsung dari fase ke fase. Kasus kekerasan yang menimpa anak-anak ini merupakan krisis psiko-sosial yang secara langsung akan mempengaruhi identitas (kepribadian) si anak itu sendiri. Umumnya jika seseorang mengalami kekerasan mereka akan cenderung mengalihkan kesedihannya kepada hal lain yang menurutnya menyenangkan. Tapi tidak sedikit juga orang yang menjadi murung bahkan sampai mengalami stress atau depresi. Jika kejadian ini dialami oleh anak-anak, dikhawatirkan ia menjadi sosok yang pemurung atau sebaliknya ia menjadi sosok yang pemberontak.
Pendidikan ramah anak dapat dijadikan solusi terbaik untuk memperkecil resiko banyaknya kasus kekerasan yang terjadi akhir-akhir ini terutama yang menimpa anak-anak, tetapi sebaiknya tidak hanya dilakukan oleh guru atau ustad saja. Melainkan oleh keluarga (orangtua, kakek-nenek, paman-bibi, dll) karena keluarga merupakan pendidik pertama yang berpengaruh sangat besar terhadap perkembangan anak.

0 Response to "Tugas : Analisis Kasus"

Posting Komentar