📔
Rangkuman Tausiyah
Masjid Inti Iman Vila Inti Persada
🔹🔹🔹
Para ahli mendefinisikan stres adalah keinginan dan kenyataan yang tidak sama, maka akan timbul stres. Stres ada yang positif dan ada juga yang negatif. Stres yang positif, jika kita menginginkan sesuatu, maka kita terpacu untuk meraih sesuatu tersebut. Dan sebaliknya stres yang negatif, jika kita menginginkan sesuatu tersebut, kita tidak terpacu untuk meraih sesuatu tersebut.
Maka supaya kita terhindar dari stres, maka kita diperintahkan untuk berdo’a dalam menghadapi kesedihan, kelemahan, kemalasan, takut, kikir, banyak hutang dan penindasan, adapun bacaan do’a terhindar dari stress, yaitu :
للَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنْ الْهَمِّ وَالْحَزَنِ وَأَعُوذُ بِكَ مِنْ الْعَجْزِ وَالْكَسَلِ وَأَعُوذُ بِكَ مِنْ الْجُبْنِ وَالْبُخْلِ وَأَعُوذُ بِكَ مِنْ غَلَبَةِ الدَّيْنِ وَقَهْرِ الرِّجَالِ
”Ya Allah, aku berlindung pada-Mu dari kemurungan dan kesusahan (kesedihan), aku berlindung pada-Mu dari kemalasan dan aku berlindung pada-Mu dari ketakutan dan kekikiran, aku berlindung pada-Mu dari tekanan utang dan paksaan orang lain.” (HR. Al-Bukhari 7/158)
Dari bacaan do’a tersebut diatas, maka dapat diketahui sifat negatif yang dapat memicu stres, dari bacaan do’a tersebut, maka ada delapan jenis sifat stres, meliputi :
✅
1. Wa a‘auudzu bika minal hammi ; minta perlindungan dari pikiran yang negatif (kemurungan).
Yang diminta pikiran yang positif, maka disiapkan yang positif, hal ini dapat dilihat dalam Al-Qur’an QS. 13 : 11
“Bagaimana manusia ada (malaikat) mengikutinya bergantian di muka dan di belakangnya, mereka menjaganya atas perintah Allah. Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan suatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan diri mereka sendiri. Dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap suatu kaum, maka tidak ada yang dapat menolaknya, dan tidak ada perlindungan mereka selain-Nya”.
Dalam ayat ini, Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan suatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan diri mereka sendiri. Bagaimana seharusnya manusia dijadikan lebih baik, Allah tidak akan mengubah suatu kaum, jika mereka tidak mengubah diri mereka sendiri. Mengubah diri sendiri tentu dengan mengubah hati dan pikiran. Maka jika kita memilih pikiran yang negatif, maka akan diperoleh hal-hal yang negatif. Dan sebaliknya jika yang kita memilih pikiran yang positif, maka diperoleh hal-hal yang positif juga. Berpikir yang positif dalam Islam dikenal dengan istilah berprasangka baik (khusnudzon).
✅
2. Wa a‘auudzu bika minal hazani ; minta perlindungan dari kesedihan.
Sedih yang berlebihan, tidak baik. Semua yang berlebihan tidak baik, hal ini ditegaskan oleh Allah, dalam Al-Qur’an dalam QS : 7 : 31
“Hai keturunan adam, pakailah perhiasanmu pada setiap (masuk) masjid, makan dan minumlah, dan janganlah berlebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebihan.”
Dalam ayat ini, makan dan minumlah, dan janganlah berlebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebihan.”
Maka makan dan minum jangan berlebihan. Sedih tidak dilarang, yang dilarang adalah sedih yang berlebihan sampai meratap. Rasul juga pernah sedih tatkala putranya meninggal, orangtua juga akan sedih manakala anaknya meninggal dunia. Maka dalam agama, agar tidak terlalu sedih harus mengikuti perintah Allah, hal ini sesuai dengan firman Allah dalam QS 2 : 38.
“Kami berfirman, turunlah kamu semuanya dari surga itu ! Kemudian jika datang petunjuk-Ku kepadamu, maka barangsiapa yang mengikuti petunjuk-Ku, niscaya tidak ada ketakutan atas mereka, dan tidak (pula) mereka berdukacita.”
Dalam QS 2 : 38 ini, Allah memperintahkan agar kita tidak bersedih hati, dengan mengikuti perintah Allah.
✅
3. Wa a‘auudzu bika minal ‘ajzi ; minta perlindungan dari lemah.
Lemah atau kurang semangat dalam hidup, dalam Al-Qur’an QS 4 : 9, Allah berfirman :
“Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang sekiranya meninggalkan anak-anak yang lemah-lemah di belakang mereka yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka, maka hendaklah mereka bertaqwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar.”
Dalam ayat ini, orang-orang yang sekiranya meninggalkan anak-anak yang lemah-lemah di belakang mereka yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka.
Hendaklah manusia khawatir, khawatir meninggalkan anak-anak yang lemah atau generasi yang lemah, maka supaya kita tidak lemah, kuncinya adalah bertaqwa dan jujur (berkata jujur).
Dalam ayat ini juga disebutkan, generasi yang lemah, lemah dalam arti lemah iman bukan lemah dalam arti fisik (badan-jasmani).
✅
4. Wa a‘auudzu bika minal kasali ; minta perlindungan dari kemalasan.
Malas, adalah perasaan berat untuk melaksanakan kebaikan. Malas sebagai pemicu stres, hal ini ditegaskan Allah dalam QS 29 : 69,
“Dan orang-orang yang bersungguh-sungguh pada jalan Kami, sunguh akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami. Dan sesungguhnya Allah bersama orang-orang yang berbuat kebaikan.”
Dalam ayat ini, orang-orang yang bersungguh-sungguh. Yang bersungguh-sungguh (jihad) menempuh jalanku pasti akan kami beri petunjuk. Maka dalam Islam tidak ada jalan buntu, yang ada jalan tikungan, atau jalan pikiran kita yang tidak baik.
Untuk memulai kepada hal-hal yang positif atau baik, pasti akan ketemu. Tatkala anak masih dalam rahim ibu, lalu lahir maka anak akan menangis, mengapa menangis ? karena segala kenikmatan anak yang ada di dalam rahim terputus di dunia ini. Tatkala sudah lahir, anak supaya tidak menangis, lalu diberi air susu, maka anak akan tenang, setelah itu diberi makan dan tentu anak tidak akan menangis lagi.
✅
5. Wa a‘auudzu bika minal jubni ; minta perlindungan dari rasa khawatir.
Pemicu stres, yaitu khawatir (ketakutan). Khawatir tentang umur, kulit tidak kencang lagi, maka sibuk dengan kegiatan diet, dan lain sebagainya. Maka jangan habiskan waktu kita hanya untuk khawatir. Hal ini ditegaskan Allah dalam QS 46 : 13,
“Sesungguhnya orang-orang yang berkata, Tuhan kami ialah Allah, kemudian mereka istiqamah (berketetapan hati), maka tidak ada ketakutan atas mereka dan tidak (pula) berdukacita”.
Dalam ayat ini, tidak ada ketakutan atau tidak ada kekhawatiran, siapa yaitu robb (Allah). Meratapi kekhawatiran yang belum terjadi, dengan apa yang belum terjadi (jangan-jangan), pertama bisa benar-benar kita bertemu atau yang kedua tidak terjadi sama sekali. Maka perintah Islam untuk selalu Istiqomah.
Apa yang dikhawatirkan oleh para istri/suami, ada yang menyatakan bahwa istri atau suami khawatir terjadi akan Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT). Jika suami/istri tidak memberi nafkah, tapi sebaliknya istri/suami yang memberi nafkah?, kemudian suami mempunyai WIL/PIL, maka hal-hal yang dikhawatirkan terhadap sesuatu tersebut, baik anak/istri/suami semua kita serahkan kepada Allah.
✅
6. Wa a‘auudzu bika minal bukhli ; minta perlindungan dari sifat pelit.
Pemicu stres berikutnya adalah sifat pelit. Hal ini dijelaskan dari keberuntungan QS 59 : 9,
“Dan orang-orang yang telah menempati Kota Madinah dan telah beriman (Ansar) sebelum (kedatangan) mereka (Muhajirin), mereka mencintai orang yang berhijrah kepada mereka. Dan mereka tiada menaruh keinginan dalam hati mereka terhadap apa-apa yang diberikan kepada mereka (orang Muhajirin); dan mereka mengutamakan (orang-orang Muhajirin), atas diri mereka sendiri. Sekalipun mereka memerlukan (apa yang mereka berikan itu). Dan siapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya, mereka itulah orang-orang yang beruntung.”
Sifat yang terpelihara dari kekikiran maka keberuntungan, enggan untuk berbagi alias kikir, hal ini sesuai dengan QS 34 : 39,
“Katakanlah, Sesungguhnya Tuhanku melapangkan rezeki bagi siapa yang dikehendaki-Nya di antara hamba-hamba-Nya dan membatasi baginya. Dan apa-apa yang kamu nafkahkan dari sesuatu, maka Dia menggantinya dan Dia sebaik-baik Pemberi rezeki.”
Apa saja yang kamu infaqkan pasti akan Allah akan ganti dengan yang lebih baik dan bagus. Tapi jangan memikirkan bagaimana Allah membalas atau menggantinya, itu semua urusan Allah. Sebagai contoh untuk memakmurkan masjid Allah, dengan memberikan infaq di masjid, akan diberi kemudahan dalam hidupnya. Apa saja yang akan kita berikan, kita infaqkan maka Allah akan membalasnya, tentu dengan niat yang Ikhlas.
✅
7. Wa a‘auudzu bika minal ghalabatid dayni ; minta perlindungan dari tekanan hutang.
Meminta perlindungan dari tekanan hutang yang mencekik. Berhutang sebenarnya tidak masalah, akan tetapi jangan sampai mencekik. Mempunyai harta benda juga, jangan sampai mencekik, dalam QS. Al-Anfaal ayat 28, Allah memberikan informasi tentang harta (hutang),
“Dan ketahuilah, bahwa hartamu dan anak-anakmu itu hanyalah sebagai cobaan dan sesungguhnya di sisi Allah-lah pahala yang besar.”
Ayat diatas, berbicara tentang harta sebagai cobaan, banyak hutang juga sebagai cobaan, lunas KPR juga sebagai cobaan, belum lunas KPR juga sebagai cobaan. Tinggal kita, merespon bagaimana menyikapi hutang tersebut. Hutang tidak masalah, asal dapat menyikapi hutang dengan benar dan jangan sampai mencekik.
✅
8. Wa a‘auudzu bika minal qahrir rijaali ; minta perlindungan dari tekanan manusia.
Dalam hidup tidak semua orang setuju dengan kita, berbagai macam motif manusia belum tentu disukai. Ada beberapa petunjuk Al-Qur’an berkaitan dengan orang yang tidak menyukai kita, yaitu Qur’an surat Al-Muzammil, ayat 10 Allah berfirman QS 73 : 10,
“Dan bersabarlah terhadap apa yang mereka ucapkan dan jauhilah mereka dengan cara yang baik.”
Jadi menyikapi orang yang tidak disukai adalah dengan bersabar, dan hindari dari yang tidak baik. Menghindari dengan cara yang baik, menghindari dari dosa adalah lebih utama. Silaturahim adalah perbuatan (amal) yang baik, akan tetapi dengan bersilaturahim, tetapi bermusuhan, tentu lebih baik dihindari.
Hal ini sesuai dengan firman Allah dalam Al-Qur’an surat Al-A’raf, ayat 199, yaitu QS 7:199 “Jadilah engkau pemaaf dan suruhlah orang mengerjakan yang makruf, serta berpalinglah daripada orang-orang yang bodoh.”
👆👆👆
Itulah ke-8 (delepan) pemicu stres menurut Al-Qur’an.
Semoga kita terlindungi dari ke-8 sifat pemicu stres, dan semoga kita termasuk orang-orang yang beruntung, amin.
➖➖➖
Pemateri : Ustadz Dr. H. Ali Nurdin, MA.
➖➖➖
Semoga bermanfaat
📚
Sumber :
Catatan Pribadi Hery Budi Santosa
(Sekretaris DKM Masjid Inti Iman)
Klik catatannya disini.
0 Response to "Manajemen Stres Menurut Al-Qur'an"
Posting Komentar