#NYALASAR5 #MATAGIRA #VERSI_PANITIA



CATATAN PERJALANAN



Tak terasa satu tahun telah berlalu sejak saya mengikuti kegiatan Nyantri Latihan Dasar (NYALASAR) 4 MATAGIRA. Sekarang MATAGIRA mengadakan lagi kegiatan NYALASAR. Berbeda dengan NYALASAR 4, dimana pada saat itu saya menjadi peserta, pada kegiatan NYALASAR 5 ini saya berperan menjadi panitia, tepatnya panitia divisi konsumsi.
Ditempatkan di divisi konsumsi ternyata sangat menantang. Mengapa ? jujur, selama kuliah di Bandung saya jarang masak. Ada kekhawatiran yang menyelinap dalam hati. Bagaimana jika masakannya tidak enak bahkan tidak matang ? jika untuk konsumsi diri sendiri yaa tidak kenapa-kenapa tapi ini untuk banyak orang. akhirnya saya berusaha meyakinkan diri sendiri bahwa saya bisa, niatkan untuk belajar. Tenang Sita, ada Teh Ida yang jago masak. Saya bisa bertanya dan meminta masukan-masukan kepada beliau. Saya juga di divisi konsumsi ditemani Teh Fifi kok.
***
NYALASAR, tidak ada alasan yang begitu berarti bagi saya untuk tidak mengikuti kegiatan ini. Apalagi sekarang saya bersama teman-teman yang lain sudah menjadi pengurus MATAGIRA. Jadi, merupakan suatu kewajiban bagi kami untuk mendidik dan mengkader calon anggota MATAGIRA angkatan yang ke-5 (AM 5) dan AM-AM seterusnya melalui kegiatan NYALASAR. Alhamdulillah juga amanah saya di organisasi lain untuk periode 2015-2016 hampir tuntas sehingga saya bisa ikut NYALASAR tersebut, full.

NYALASAR 5 dilaksanakan pada 14-17 Januari 2016, dengan diikuti oleh enam orang peserta yang terdiri dari empat ikhwan (Jodi, Sani, Rif’an dan Fajar) serta dua orang akhwat (Lia dan Novi). Kegiatan ini bertempat di Mesjid Al-Furqon UPI sebagai tempat upacara pembukaan dan upacara penutupan, Mesjid Baiturrahman Gegerkalong Tengah sebagai tempat MABIT, Gunung Batu sebagai tempat latihan climbing serta Gunung Sanggara sebagai tempat yang paling utama (menurut saya) karena banyak hal yang dilakukan disini. Hehe

***
Kamis, 14 Januari 2016
Diawali dengan upacara pembukaan. Jika tahun lalu dilaksanakan di ruang aula Mesjid Al-Furqon maka tahun ini upacara pembukaannya dilaksanakan di lapangan parkir Mesjid Al-Furqon. Saya sendiri diamanahi menjadi protokol upacara. Deg-degan juga. Soalnya ini kali pertama saya menjadi protokol upacara. Karir tertinggi saya dalam berperan sebagai petugas upacara adalah sebagai pembaca do’a  itu pun dulu, ketika SD.
Upacara pembukaan selesai, masing-masing pemimpin pasukan membubarkan pasukannya…
Setelah upacara, ada pengecekan logistik peserta. Untuk peserta ikhwan di handle oleh Kang Epul sedangkan peserta akhwat oleh Esa. Panitia sisanya bersalam-salaman kepada tamu undangan yang hadir. Diantaranya ada tamu dari JANTERA.
Usai bersalam-salaman kami siap-siap untuk shalat maghrib, menyiapkan detail kebutuhan pematerian fiqh lapangan yang akan dibawakan oleh seorang ustadz, kemudian menyiapkan konsumsi bagi peserta dan panitia, sholat isya, mendengarkan pematerian dan bersiap menuju ke tempat selanjutnya.
***
Suasana mesjid Baiturrahman kamis malam itu tidak jauh berbeda dengan kamis malam tanggal 29 Januari tahun lalu. Disini akan ada pematerian mengenai Ilmu Medan, Peta dan Kompas (IMPK) oleh Kang Dera.
Peserta terlihat begitu antusias. Oke, panitia juga tidak mau kalah. Akhirnya hampir semua panitia juga ikut mendengarkan pematerian.
Pematerian belum selesai tapi panitia mulai lapar, akhirnya kami makan malam terlebih dahulu dengan nasi dan omelet mie buatan teh Fifi. Ada juga nasi goreng, ayam goreng dan lain-lain yang dibawa oleh teh Ria, teh Qisthy dan teh Aul. Mantaappp.
Selesai makan bapak ketua pelaksana (Kang Ipul) mengajak kami briefing untuk kegiatan NYALASAR di hari esok. Semangat !
***
Jumat, 15 Januari 2016
Pagi-pagi sekali kami bangun, mengejar waktu agar sampai di Gunung Batu sekitar jam 8 pagi. Hal yang sama seperti long march, yel-yel, berhenti di masjid untuk menunaikan ibadah sholat shubuh, membaca dzikir al-matsurat dan sarapan kembali terulang. Momen-momen ini menghantarkan saya kepada kenangan NYALASAR AM 4.
Tibalah  kami di gunung batu. Gunung dengan tebing-tebing kokoh yang menjulang tinggi. Cocok sekali untuk digunakan olahraga panjat tebing atau istilah kerennya rock climbing. Dengan arahan dari Kang Heri dan Kang Ali, seluruh peserta dan beberapa panitia melakukan climbing dan rappelling. Kereeen.
Saat peserta dan panitia ikhwan yang sholat jumat, ada akang-akang yang datang menghampiri. Beliau banyak bertanya kepada kami mengenai asal kami dan seputar kegiatan yang kami lakukan. Ternyata beliau dari koran SINDO. Sepertinya beliau terkagum-kagum melihat akhwat yang jilbabnya lumayan lebar kok mau berpetualang. Beliau ingin meliput kami dan memotret ketika kami sedang melakukan climbing atau rappelling. Namun sayang, peralatan-peralatan semuanya telah dibereskan dan kami-pun harus melanjutkan agenda NYALASAR. Akhirnya beliau memberikan kartu nama dan menawari kami untuk mengagendakan lain waktu untuk liputan khusus.
Perjalanan dilanjutkan, kali ini kami menggunakan mobil pick-up untuk sampai ke Patrol. Disana kami kembali long march sampai camp 1.
Tenda-tenda dan fly sheet mulai dipasang. Semua panitia bertugas sesuai dengan perannya masing-masing. Kadang iri ketika yang lain mengurusi peserta sementara saya dan teh Fifi di dapur. Tapi memang tugasnya begitu. Ibarat di organisasi, tidak semua jadi ketua. Ada sekretaris, ada bendahara, ada departemen-departemen. Lagi pula kami juga saling membantu dan memasak bergantian. Bahkan divisi logistik-pun merasakan bagaimana jadi Danlap. Danlap merasakan bagaimana jadi Komdis, Komdis merasakan bagaimana jadi Tim Konsumsi dan Tim Konsumsi-pun kadang ada yang seolah-olah jadi pembimbing.
Tiba waktunya peserta untuk tidur.
AM 3 dan AM 4 yang jadi panitia ditawari kang Dera untuk menyalakan perapian. Kami diberi waktu 10 menit. Ternyata tidak ada yang berhasil, apalagi saya. Jangankan menyalakan perapian, untuk membakar satu helai daun pun sulit. Kami tidak mahir. Tapi ada pelajaran yang dapat diambil dari pembelajaran perapian ini, lebih dari sekedar pengetahuan mengenai teknik menyalakan api.
***


Sabtu, 16 Januari 2016
Pada hari ini banyak yang kami lakukan. Dimulai dari :
  • Belajar Teknik Resection, yaitu teknik yang digunakan untuk menentukan kedudukan kita di peta dengan menggunakan dua atau lebih tanda medan yang dikenali. 
  • Longmarch ke camp 2 
  • Memandu peserta untuk melakukan solo moving 
  • Menjadi turis saat simulasi tour guide. Disini ceritanya saya dan Zhofa menjadi turis asal Malaysia, kami berdua memilih Sani sebagai tour guide. Karena di perjalanan agak-agak krik-krik, akhirnya kami berdua meminta Sani untuk menampilkan kesenian  khas daerahnya. Ternyata ia mau dan ia menarikan sebuah gerakan Jaipong. 
  • Pencarian motor (peserta aja sih) 
  • Pressing terhadap peserta (tapi yang ini saya ngga ikutan, biarkan saja teh Aan, Teh Ida dan Kang Dera yang melakukan. Hehe) 
  • Sesi malam harapan, kenapa saya menyebutnya sesi malam harapan karena pas momen ini kami yang panitia beserta seluruh keluarga MATAGIRA yang hadir (kecuali peserta) kumpul bersama. Kami ditanya oleh Kang Dera dan Kang Ibay mengenai harapan kami untuk MATAGIRA. Ternyata masih banyak harapan-harapan yang dilontarkan. Alhamdulillah…
“Kok ga ujan pas AM 5 NYALASAR mah. Mereka enak banget, ga kaya pas NYALASAR AM 4” gumam saya dalam hati. Ya sudah-lah, mungkin saking saroleh dan sarolehah-nya calon AM 5 jadi aja ngga hujan. Padahal kata Teh Ria dan Teh Ana di daerah sekitar gunung Sanggara sedang hujan lebat.


Minggu, 17 Januari 2016
AM 3, AM 4 dan peserta diajak untuk melakukan pemuncakan. Tap tap tap, sekitar pukul 11-an kami sampai di puncak. Di puncak ini ada batu nisan yang bertuliskan Bagja Gunawan, seorang mahasiswa yang meninggal disini saat mengikiuti DIKLAT lapangan yang diadakan salah satu pecinta alam di UPI.
Sumber foto : https://www.google.com/search?q=gunung+sanggara+nisan&source=lnms&tbm=isch&sa=X&ved=0ahUKEwjhwtTcn8vKAhUPCY4KHb_OBHwQ_AUIBygB&biw=1138&bih=548#imgrc=oUE38ogM3M_DcM%3A
Waktunya pulang…
Kami berjalan melewati jalanan berbatu yang masih bisa dilalui kendaraan. Ketika sampai di sumber air yang berada tidak jauh dari camp 1 kami berhenti. Disini peserta di press lagi untuk menguji sejauh-mana ketangguhan mereka. Setelah dirasa cukup akhirnya kami melanjutkan kembali perjalanan. Ketika telah sampai di Patrol kami berhenti untuk menunggu kedatangan mobil pick-up yang akan membawa kami ke UPI.
Tiba di UPI, sudah banyak panitia yang hadir dan mempersiapkan upacara penutupan sedemikian rupa. Ada yang membuat upacara penutupan NYALASAR kali ini terasa lebih istimewa, yaitu dinyalakannya puluhan lilin di sekitar lapangan upacara. Cantik sekali.
Selesai upacara, peserta dipersilahkan untuk istilahnya ‘balas dendam’ kepada panitia. Peserta ikhwan memerintahkan panitia ikhwan untuk menarikan tari rakyat sedangkan peserta akhwat memerintahkan panitia akhwat untuk menyanyikan yel-yel AM 5. Seruuuuu.
***
Mungkin, hanya ini yang dapat saya ceritakan.
Semoga AM 5 mendapatkan hikmah-hikmah minimal sama seperti yang AM 4 dapatkan. Semoga AM 5 pada loyal ke MATAGIRA, lebih dari keloyalan AM 4. Amiin

MATAGIRA,
Dien,
Allahu Akbar.


Rumah Perantauan, 28 Januari 2015


Sita ‘Loceh’ Nurhalimah
(Belum punya NTA MATAGIRA)

0 Response to "#NYALASAR5 #MATAGIRA #VERSI_PANITIA"

Posting Komentar