Episode Camping Ceria Jilid 1 #DIKLANJUT #MATAGIRA



MATAGIRA melalui bidang PSDM menyelenggarakan kegiatan yang bertujuan untuk menambah ilmu pengetahuan mengenai manajemen perjalanan ke alam bebas dan bagaimana pengimplementasiannya di lapangan. Kegiatan ini akan diadakan tiga kali dalam tiga bulan, insya Allah. Disini saya akan sedikit bercerita tentang perjalanan diklat lapangan kami yang pertama. Okay next

Jumat, 25 Maret 2016
AM 4 dan AM 5 yang bisa ikutan camping ceria (campcer) jilid 1 ada Fajar, Rif’an, Esa, Lia, Teh Risma dan saya sendiri. Destinasi campcer kami adalah Jayagiri.
Waktu menunjukkan sekitar pukul 16.00 WIB. Dengan ditemani oleh Kang Epul kami ber-lima (tanpa Lia) berangkat dari Masjid Al-Furqon. Kang Epul berpesan kepada kita untuk selalu ceria. Apapun kondisinya. Kang Epul juga bilang yang intinya anggap saja akang tidak ada, karena sekarang temen-temen sendiri yang menentukan arah dan mengambil keputusan selama perjalanan.
Angkot jurusan Lembang menjadi kendaraan yang kami pilih. Ketika angkot ini sampai di pertigaan jalan Pasar Lembang kami bertemu dengan Kang Dera yang juga akan menemani campcer kami. Ternyata kang Dera sedang menunggu Teh Ida dan Lia. Beberapa menit kemudian Teh Ida dan Lia datang. Alhamdulillah bisa bertemu mereka yang tadinya akan menyusul karena harus menjadi fasilitator terlebih dahulu. Jadi kami bisa berangkat bersama sampai pos masuk Jayagiri.
Kami sampai di pos masuk Jayagiri sekitar pukul 17.30 WIB. Adzan Maghrib belum berkumandang, jadi kami (AM 4 dan AM 5) memilih untuk langsung tracking ke tempat camp. Berbeda dengan kang Dera, kang Epul dan Teh Ida yang singgah dulu di warung. Ketiganya mempersilahkan kami untuk berangkat duluan.
Di gerbang pos Jayagiri kami tidak melihat petugas penjaga pos yang biasa menjual tiket masuk. Mungkin karena sudah sore. Akhirnya kami langsung masuk dan ternyata ditagih oleh ibu penjaga warung yang tidak jauh dari pos masuk. Kami membayar sebesar 15.000 rupiah per orang. apabila tidak camping, kita hanya diharuskan membayar 10.000 rupiah per orang.
Hujan mulai turun, kami mengeluarkan ponco untuk melindungi badan dari hujan. Hujan ini membuat jalanan yang ada menjadi licin. Kita harus hati-hati melangkah. Di tengah perjalanan terdengar kata : “MATAGIRA !”. sepertinya itu suara Kang Epul atau Kang Dera. Ternyata benar. Akhirnya kami bertemu lagi.
Kaki-kami terus melangkah dan terhenti di sebuah warung untuk istirahat. Kang Dera menanyakan kondisi kami. Teh Risma ternyata agak terengah-engah. Jadi kami istirahat agak lama untuk mengatur pernafasan. Setelah dirasa cukup kami-pun berjalan kembali mengikuti jalur yang ada.
Kami menemukan sebuah pertigaan. Agak bingung memilih jalan yang ke arah tempat camp yang dituju karena kami yang AM 4 dan AM 5 sebelumnya tidak melakukan survei dan hampir semuanya (kecuali Esa) belum pernah ke Jayagiri. Kami ditantang untuk dapat menunjukkan jalan yang tepat. Setelah melihat-lihat keadaan sekitar dan berdiskusi akhirnya kami memilih jalan di sebelah kiri yang terdapat jejak motornya. Kami-pun ditanya apakah kami yakin ? agak kurang yakin sih. Setelah melihat-lihat lagi sekeliling dan melihat ada petunjuk jalan di jalur yang lain akhirnya kami berubah haluan. Ternyata jalan yang ada jejak motornya itu mengarah ke Sukawana dan apabila kami memilih jalan yang kanan itu nantinya bisa tembus ke Gunung Tangkuban Parahu.
Setelah melewati jalan-jalan yang licin, kami melihat lampu yang menjadi penanda bangunan dan ternyata ini juga menjadi tanda bahwa kami sudah hampir sampai. Bangunan-bangunan ini ada yang berupa rumah yang ada warungnya. Alhamdulillah, jadi teman-teman kalo mau camping di jayagiri tidak perlu khawatir kehabisan makanan dan minuman. Tinggal siapkan saja uang. Selain warung, di Jayagiri ada toilet juga. Tapi jangan lupa menyisihkan sebagian kecil uang kita untuk biaya perawatan toilet-toilet ini. Karena dari keterangan yang ada, toilet ini katanya dibangun oleh warga yang juga pemilik warung di dekat toilet. Bukan dibangun oleh PERHUTANI yang notabene merupakan pihak yang bertanggung dalam dalam pengelolaan Wana Wisata Jayagiri.
Kami istirahat di sebuah warung milik Ma idah, nenek-nenek yang sudah puluhan tahun tinggal di Gunung. Masya Allah. Ma Idah sampai dijuluki dengan sebutan Ibu dari semua pendaki Jayagiri. Dari hasil obrolan dengan Ma Idah, kami mengetahui ternyata Ma Idah ini sudah pernah tinggal lama di beberapa gunung seperti Burangrang. Ketika ditanya mengenai umur, Ma Idah sepertinya lupa. Tapi, beliau bilang bahwa beliau ini mengalami masa penjajahan Belanda. Wah wah, kebayang kan berapa kira-kira umurnya.
Waktu menunjukan lebih dari pukul 19.00 WIB. Kami telah berniat untuk menjama’ takhir maghrib dan isya. Kami-pun sholat di sebuah mushola sederhana yang ada di tidak jauh dari warung Ma idah. Setelah selesai kami bergegas untuk mendirikan tenda. Biasanya yang mendirikan semua tenda itu ikhwan, tapi sekarang kami yang akhwat juga belajar mendirikan tenda. Walaupun agak kesulitan tetapi tenda-pun berhasil didirikan.
***
Camping tidak lengkap rasanya apabila tidak disertai dengan api unggun. Kami mengitari api unggun sambil mendengarkan pematerian dari kang Dera mengenai empat kemampuan dasar yang harus dimiliki oleh pecinta alam. Setelah itu kami masak dan makan bersama.
Agak disayangkan karena divisi acara belum menjelaskan rundown dari campcer ini. Jadi, di lapangan acaranya mengalir saja. Kami lebih banyak berbagi cerita-cerita, seperti cerita pernah tenggelam dan pernah ditipu. Lumayan menghibur, hehe.

Sabtu, 26 Maret 2016
Kami bangun lalu bergiliran untuk berwudhu kemudian menjalankan Sholat Tahajud dan menunggu sampai subuh. Setelah subuh dan menunaikan sholat kami kembali ke tenda. Ketika di perjalanan, terlihat pemandangan city light yang sangat cantik. Ditambah lagi ketika melihat ke atas, ada bulan purnama yang bersinar terang menerangi langit Jayagiri pagi itu.
Udara dingin yang menusuk kulit membuat kami menyalakan lagi api unggun. Kami-pun kembali bercerita. Kali ini mengenai pandangan orangtua masing-masing terhadap MATAGIRA. Apakah orangtua kami (AM 4 dan AM 5 yang ikutan campcer) mendukung kami di MATAGIRA, dan jawabannya beragam. Acara selanjutnya yaitu evaluasi. Evaluasi dari awal merencanakan campcer ini sampai kepada pelaksanaannya.
Setelah evaluasi, kami masak-masak dan sarapan. Teman-teman, selama campcer 1 ini saya sangat bersyukur karena bisa tidur nyenyak dan yang paling membahagiakan yaitu banyak makanannya. Hoho. Enak-enak dan sehat juga. Bahkan ada yang membawa buah-buahan seperti Teh Risma yang membawa 1,5 kg tomat ceri, Rif’an yang membawa Apel (entah berapa kg) yang didapatkan dari Novi dan Zhofa selaku tim Konsumsi (tapi sedang tidak bisa ikut) dan Esa yang membawa buah mangga. 
***
Awalnya saya juga menyangka tidak akan bisa mengikuti campcer 1. Tetapi ternyata Allah masih memberikan kesempatan. Jadi, kenapa tidak ? untuk campcer selanjutnya yaitu implementasi ilmu survival. Saya tidak yakin bisa mengikuti diklat lapangannya karena di bulan April ini memang kegiatan organisasi di KOPMA sudah mulai banyak. Saya hanya bisa berdo’a semoga saja panitia dan peserta campcer 2 akan lebih banyak dari campcer 1.
Hanya ini yang dapat saya ceritakan, Sebenarnya masih banyak hal lain yang menjadi kenangan di campcer ini. Tapi biarkan diceritakan oleh yang lain saja. hehe
Terimakasih sudah membaca.

Bandung, 6 April 2016

  
Foto dulu bareng Teh Risma




0 Response to "Episode Camping Ceria Jilid 1 #DIKLANJUT #MATAGIRA"

Posting Komentar