Pernah nonton drama Korea yang berjudul Descendant of The Sun ?
Drama yang disingkat DOTS ini laris manis di pasaran. Selain karena diperankan oleh aktor dan aktris ternama seperti Song Joong-ki dan Song Hye-kyo, ternyata yang membuat drama ini menarik adalah cerita yang disuguhkannya. Tentang kisah cinta Yoo Si-jin, seorang kapten dari Pasukan Khusus Tentara Angkatan Darat Korea Selatan dengan seorang dokter cantik yang bernama Kang Mo-yeon.
Yang paling berat bagi Kang Mo-yeon dalam menjalin hubungannya yaitu mengenai profesi Kapten Yoo Si-jin, yang harus selalu siap bertugas kapan saja dan siap mengorbankan diri bahkan mengorban nyawa sekalipun.
Ternyata kisah dari drama ini ada di dunia nyata. Walaupun tidak sepenuhnya sama, seperti kisah calon presiden Indonesia ke-8 yang baru kemarin bertarung dalam pemilu. Sebagaimana yang diceritakan dalam potongan artikel berikut :
Air Mata Titiek Suharto
Semua wanita mengharapkan yang sama pada calon suaminya, seorang pria yang dapat menjaga, melindungi dan selalu mendampinginya setiap saat. Tak peduli apakah wanita itu kalangan jelata maupun kalangan bangsawan. Bukan seorang suami yang kerap berjibaku dengan lumpur, hutan, rawa-rawa, apalagi bermain dengan kematian.
Hal itu juga berlaku bagi putri kesayangan Soeharto, Siti Hediati Hariyadi, seorang dara keturunan keraton yang selalu berbicara lembut dan jauh dari kehidupan keras dan kasar.
Namun saat cinta datang, Titiek tak bisa mengelak memilih suami seorang prajurit ABRI. Taman Mini Indonesia Indah menjadi saksi, bersatunya dua keluarga, Soeharto dan Soemitro ini. Lalu kemudian, Titiek pun mulai merajut asa rumah tangganya dengan angan indah dan bahagia hingga akhir hayat nanti.
Saat itu, keadaan negara berjalan sangat berat. Dengan adanya berbagai aksi Gerakan Pengacau Keamanan (GPK) yang sangat mengancam stabilitas nasional. Mereka bergerilya dihutan-hutan untuk siap menyerang pasukan ABRI dengan senjata otomatis. Puluhan tentara RI meregang nyawa dengan tubuh penuh luka peluru. Pemerintah tak bisa tinggal diam. Banyak pasukan keamanan RI yang telah mereka bunuh. Prajurit ABRI pun diterjunkan untuk mempertahankan teritorial tumpah darah ibu pertiwi.
Namun sayangnya, Presiden Soeharto tak tebang pilih saat mengirim prajurit untuk berperang. Bahkan suami dari putri kesayangannya yang belum menghabiskan masa bulan madu pun turut diterjunkan ke medan tempur. Sebagai seorang Prajurit, Prabowo selalu siap saat ditugaskan mengabdi pada negara. Namun, tidak dengan Titiek. Meski akhirnya harus pasrah dengan keadaan.
Saat Prabowo angkat tas, tinggalkan istri yang baru saja ia nikahi untuk bertempur, Titiek menangis, tak menyangka ayahnya begitu tega melepas menantunya mengadu nyawa dimedan pertempuran yang penuh hujan peluru yang kapan-kapan saja siap mengenai tubuhnya. Kenapa bukan yang lain saja? Itu yang ada di benak Titiek.
Seorang prajurit ABRI siapapun dia harus siap membela negara, siap hidup di alam liar, siap mengadu jiwa, dan siap pulang hanya tinggal nama, demikian pesan yang sering didengar Titiek dari ayah kandungnya. Titiek sangat mengerti hal itu. Namun air mata tetap mengalir, meski tak dapat mengubah keputusan ayahnya, dan tak dapat mengubah tekad baja Prabowo, suaminya.
Artikel "Air Mata Titiek Suharto" yang dicantumkan diatas dinukil dari postingan fb Nadya Jeska Kamka.
0 Response to "Pak Prabowo, Kapten "Yoo Si-jin" Dunia Nyata"
Posting Komentar