Sebuah Analogi : Kita Ibarat Tanaman





Jangan pernah banding-bandingin diri sama yang lain (yang udah sukses), karena ibarat tanaman : kita itu beda benih, beda pupuk dan beda tanah.

Benih ↔ Sifat Genetik yang ada sebagai sifat turunan dari orangtua (mencakup rupa, bakat dan potensi)
Pupuk ↔ Usaha pengembangan potensi dan pembinaan diri
Tanah ↔ Lingkungan yang memengaruhi perkembangan diri

Hal-hal yang ingin saya sampaikan adalah :
Kita harus berterimakasih pada orangtua karena mereka telah menurunkan DNA terbaiknya.
Kalo kita merasa kita dapet sifat-sifat jelek dari orangtua itu bukan berarti orangtua nurunin sifat jelek.
Ada faktor lain.
Coba gali lebih dalem deh.
Saya juga pernah berpikir seperti itu.

Setelah tumbuh, kita harus dikasih pupuk terbaik.
Kita harus berterimakasih lagi pada orangtua yang udah ngedidik dan nyekolahin kita.
Karena kita udah besar, kita jangan minta 'dikasih pupuk'.
Cari sendiri !
Banyakin baca buku yang bermanfaat.
Ini pesan buat saya juga.

Tingkat kesuburan tanah sangat berpengaruh pada kualitas tanaman.
Begitupun lingkungan yang juga berpengaruh pada diri seseorang.
Udah jelas ya ini mah.

Nah terakhir, dalam Islam kesempurnaan akhlak adalah tujuan.
Islam diturunkan kepada nabi Muhammad untuk menyempurnakan akhlak manusia.
Masih terkait filosofi tadi.
Ibarat tujuan dari setiap tanaman adalah untuk menjadi tanaman berkualitas.

Salah satu ukuran berkualitas atau tidaknya suatu tanaman adalah kebermanfaatannya.
Maka setiap tanaman, walaupun berbeda-beda tentunya semuanya sama-sama memiliki manfaat.

Semoga kita bisa menjadi 'tanaman' yang bermanfaat bagi sesama.
Aamiin

0 Response to "Sebuah Analogi : Kita Ibarat Tanaman"

Posting Komentar