Warga Jepang dalam suatu kereta |
Apa yang lebih mengerikan daripada Daily Pass MRT (KRLnya Jepang) hilang, saat kamu masih berada di dalam MRT? Tepat! Tidak ada, tidak bisa keluar dari stasiun!
Aku mencoba tenang; tidak berhasil. Jika di Indonesia, aku mungkin terpikir untuk menjelaskan pada satpam di gate keluar kereta, dan masalah tuntas. Tapi ini di Negeri Sakura, yang disiplinnya luar biasa. Masih berada di MRT tanpa membawa daily pass memberi suasana berbeda. Tidak pernah terpikir alasan kartu jatuh atau terselip dapat menjadi rasionalisasi nyata.
"Heh, ada masalah?" Mendadak seseorang memanggilku dari bangku penumpang. Ia agak tua dan memakai pakaian kerja. Aku yakin, aku tidak menampakkan kepanikan itu ke eskpresi wajah. Sampai sekarang aku tidak tahu, kenapa dia bisa mengetahui keadaanku saat itu.
"Err, entah, kartu MRT saya hilang." Jawabku pelan.
"Wah itu bahaya, tapi bisa buat baru sebelum keluar gate kok. Gak susah bikinnya. Turun mana?" Tanya cepat. Sungguh aku kaget, tidak tahu harus merespons apa. Ingin sekali berlagak sok tenang dan menolak bantuan karena merepotkan. Tapi apadaya, tersesat di negeri orang itu nggak keren.
"Boleh.. Maaf merepotkan. Di Shinjuku pak.." Jawabku agak malu.
"Oh, saya juga mau kesana! Sekalian saja." Aku lega, 'minimal nggak terlalu merepotkan' pikirku.
MRT melaju cepat, melewati stasiun Ginza, Kasumigaseki, dan beberapa stasiun lain, sampai akhirnya sampai di Shinjuku. Aku dan beliau keluar dari subway turun menuju peron. Beliau menuju pusat informasi, berdialog cukup lama dengan petugas disana. Kemudian beliau memanduku ke sebuah mesin tiket (?). Jari beliau meng-klakklik layar touchscreen itu dengan cepat, sampai aku tidak bisa mengikuti. Mesin itu agak bergetar, dan mengeluarkan sebuah kartu daily pass yang mirip dengan punyaku yang hilang.
"Ini, sudah jadi. Cuman isinya hanya sedikit, tapi bisa dipakai untuk keluar stasiun ini dan beberapa perjalanan lain." Sahut beliau, sambil tersenyum tipis dan menyodorkan kartu itu kepadaku.
Aku menyambutnya. "Eh, makasih banget Pak." Aku masih tidak bisa berkata-kata, kombinasi karena kemampuan bahasaku yang jelek dan rasa terharu yang amat sangat.
"Iya. Dek kalau gitu saya duluan ya, kebetulan saya ada rapat 30 menit lagi. Nggak enak saya telat.." Balas beliau sambil menuju peron. Beliau terlihat berdiri menunggu MRT, tapi menuju arah sebaliknya.
Hah? Aku penasaran, mumpung MRTnya belum datang, aku menghampiri beliau dan bertanya.
"Lho Pak, katanya ke Shinjuku juga?" Tanyaku bingung.
"Ternyata ada meeting dulu di Ginza." Balas beliau sambil memandang kereta datang. Beliau naik ke kereta, dan melambaikan tangan penuh makna. Aku tahu beliau bohong, tapi apa daya? Aku berjalan keluar melewati gate dengan kartu baru yang ia berikan. Terlihat saldo disana lebih dari 1000 Yen (kurang lebih 100.000 rupiah).
"Maaf bu, emang kalau buat kartu baru di dalam peron karena hilang, dapat saldo 100 ribu?" Aku penasaran, dan bertanya kepada petugas disana.
"Nggaklah." Jawabnya agak kencang. "Buat kartu baru itu bayar, dan bahkan saldo awalnya harus diisi sendiri. Lha tadi kamu isi 1000 yen berarti." Lanjutnya jelas.
Sudah cukup. Aku tidak kuat lagi, aku mengakui, saat itu aku benar-benar bergetar saat berdiri. Tidak tahu harus berkata dan berpikir apalagi. Apakah kejadian pagi ini benar-benar terjadi? Aku bersender di dekat pintu keluar stasiun, merenungi dan menghujat diri sendiri; Kok bisa sih nggak sadar sama tindakan 'terlampau' Bapak itu tadi?
Entah kenapa, mendadak kisah-kisah Rasulullah SAW memenuhi pikiranku, beserta segala variasi dan banyaknya kebaikan beliau. Hal itu segera aku pertanyakan. Kenapa tiba-tiba terpikir hal tersebut?
...
Bapak itu tiba-tiba menanyakan apakah aku ada masalah.
Bukankah itu yang Rasulullah selalu ajarkan? Peka terhadap sekitar, mencari sesuatu yang kiranya membutuhkan pertolongan beliau. Tidak rela ada orang yang beliau biarkan mengalami susah atapau duka.
Bapak itu ikhlas menemaniku mengurus tiket kereta, bahkan membayari dan mengisi tiket tersebut. Bahkan seharusnya, ia turun lebih dulu dibanding aku.
Bukankah itu yang Rasulullah selalu ajarkan? Totalitas dalam membantu orang lain. Memastikan ia selesai dan tuntas dengan urusannya. Dan membuat orang itu yakin bahwa selanjutnya, ia bisa sendiri dalam menyelesaikannya..
Beliau sangat menghargai waktu, tidak ingin terlambat datang rapat. Padahal (sebenarnya ada obrolan lain yang tidak dimasukkan tulisan) beliaulah yang menciptakan aturan tidak boleh telat, Karena beliaulah pemimpin rapat itu! Tapi beliau tetap ingin datang tepat waktu.
Bukankah itu yang Rasulullah ajarkan? Tentang disiplin waktu, dan mempunyai integritas dan menjadi seorang manusia yang berkualitas.
Beliau mungkin tidak beragama islam. Tapi sebongkah pelajaran berharga tentang bagaimana Rasulullah mengamalkan islam dan menampilkannya sebagai agama yang baik dan sempurna, telah beliau ajarkan secara tersirat dan dalam. Tentang bagaimana cara ber-islam!
Kuingat diri sendiri yang masih kurang peka ketika mungkin ada yang memerlukan bantuan. Ah! Sudah peka pun, aku ragu akan rela mengorbankan waktu dan tenaga untuk membantu mereka. Apalagi kalau bicara tentang disiplin dan tepat waktu; Aku sering menganggap remeh tepat waktu saat kuliah, pun sering berpikiran tidak apa-apa telat datang rapat.
Yang namanya hikmah memang datang darimana saja datangnya. Bahkan seorang asing bisa menyindirku dengan begitu luar biasa. Agama yang menyeluruh, kalau kata firman-Nya, harusnya sudah jelas kalau pelajaran dan kebaikan darinya tersebar dimanapun kita berada. Aku tersadar aku masih terlalu menutup mata, atas semua hikmah yang mengelilingi, menunggu diambil oleh siapapun yang mencarinya.
Senyumku berubah menjadi tertawa kecil. Mentertawai diri sendiri yang kalah pengamalan agamanya dibanding seseorang yang bahkan tidak beragama sama. Hatiku berjanji akan mempelajari islam lebih dalam, sembari meresonansi pelan;
"Ternyata orang Jepang itu, bisa mengajariku tentang islam!"
Kalikepiting, Surabaya
3 Syawal 1439 H.
*nb: Tidak semua dari mereka seperti itu. Tapi memang mayoritas kualitasnya luar biasa. Semoga bisa diambil baiknya :D
**nb: Ini kejadian sudah agak lama, kalau ada sistem yang berubah sangat wajar.
***nb: Semua di translasikan ke bahasa Indonesia
****nb: Judul diganti sesuai saran readers 😀
Sumber :
https://timeline.line.me/post/_dVn9XFwEHyJ0-7IsLJlfzmF3gCNsBdHn76KwdQU/1152924089010053313
0 Response to "Belajar (Akhlaq) Islam dari Orang Jepang"
Posting Komentar