'SULITNYA' MENJADI SISWA JUJUR

Ilustrasi siswa yang sedang mengerjakan tes.

Ini adalah kisah seseorang saat dia duduk di kelas 1 sekolah menengah pertama.
Ia dikenal sebagai siswa yang pintar.
Hampir di semua mata pelajaran ia menonjol, utamanya yang teoritis.
Hanya satu mata pelajaran yang ia tidak kuasai.
Itu pun karena karena mata pelajaran tersebut banyak prakteknya, tidak lain tidak bukan ialah mata pelajaran olahraga.

Suatu ketika, guru matematika siswa tersebut memberikan PR.
Siswa yang senang hitung-hitungan tentunya tidak susah untuk mengerjakan PR Matematika yang diberikan, termasuk siswa tadi.
Hampir setiap PR ia kerjakan dengan baik dan seringkali benar (sesuai dengan jawaban guru).

Siswa-siswa lain banyak yang ketika datang ke kelas belum mengerjakan PR lalu nyontek ke temennya dan sudah jadi rahasia umum bahwa banyak diantara pelajar atau mahasiswa yang melakukan hal yang sama.

Siswa yang pintar tadi adalah tipe siswa idealis yang tidak mau seperti itu.
Saking idealisnya ia sampai tidak memberikan contekan kepada teman-temannya.

Ia inginnya teman-temannya mengerjakan terlebih dahulu.
Gapapa kalo salah juga.
Nanti pas di kelas dibahas bareng-bareng.

Teman-temannya ga bisa menerima.
Mereka ingin hasil yang bagus tapi tidak mau berproses.
Inginnya instan (tinggal nyalin jawaban orang).

Akhirnya terjadi pengucilan.

Siswa yang pintar tadi mulai dijauhi oleh teman-temannya.

---

Secuil kisah yang merupakan realita.
Ironis sekali.

Menjadi siswa jujur memang agak-agak susah, utamanya di sekolah yang 'kurang kondusif'.

Ini jadi tantangan tersendiri, khususnya bagi para pendidik.

Bukankah membentuk siswa agar memiliki sikap jujur adalah salah satu output pendidikan yang diharapkan ?

0 Response to "'SULITNYA' MENJADI SISWA JUJUR"

Posting Komentar