TENTANG HIU DAN FENOMENA DI NOVEL HUJAN, TERE LIYE

Ilustrasi "Ikan Hiu yang Mati"

Petang tadi aku nonton video “Indonesiaku-Hiu Mati Salah Siapa ?”. Iseng aja sih. Tadinya nyari video ikan gitu di chanel Laptop Si Unyil tapi udah ditonton semua. Jadi aja beralih ke yang lain. Isinya kalo diringkas (versi pemahaman aku) kurang lebih kaya gini :
Hiu, hewan top predator laut yang populasinya tengah menurun tajam saat ini masih dijadikan ‘perburuan’ oleh para nelayan. Bukan karena kelezatan dagingnya. Tapi karena harga sirip ikan tersebut yang tinggi (sekitar tiga juta rupiah per kilogram, dijual dalam kondisi kering).
Pemerintah memang sudah membuat peraturan untuk mengekspor hiu ke luar negeri. Tapi hanya untuk empat jenis hiu. Sisanya ? belum lagi masyarakat kita itu tidak kehabisan akal. Meskipun tidak bisa mengekspor ke luar negeri, tetap saja bisa mengoptimalkan penjualan di dalam negeri.

Reporter atau lebih tepatnya si investigator nanya-nanya ke pelelang-pelelang yang beli dan katanya sih hiu itu banyaknya yang tidak sengaja tertangkap. Masa sih ? sampe puluhan bahkan ratusan kilo ?
Kalo ikan hiunya udah didapet dan siripnya juga udah dipisah ternyata ga akan cuman itu. Semua bagian ikan hiu dimanfaakan. Ga ada yang terbuang.
Disisi lain banyak anak muda aktivis peduli lingkungan mengadakan aksi untuk penyelamatan hiu. Di banyak negara, termasuk Indonesia.
Baru tau.

Aku penasaran, emang seberapa pentingnya sih hiu buat kehidupan laut. Dan dari artikel yang aku baca ternyata hiu itu punya peran penting dalam ekosistem laut yang ga bisa tergantikan sama hewan lain. Penurunan spesies hiu di laut akan berakibat pada peningkatan spesies pemakan kerang-kerangan seperti pari. Padahal kerang-kerangan ini katanya berfungsi sebagai biofilter  yang berperan secara alami dalam membuat jernihnya air laut yang biasa kita lihat.
Jadi, kalo biofilternya sedikit lalu air lautnya ?
Ini yang jadi bahan pemikiran.

Emang sih katanya lagi, dengan berkurangnya populasi hiu di laut berdampak juga pada peningkatan populasi ikan lain seperti tuna dan kerapu. Cukup menggiurkan. Tapi mungkin hanya sementara. Dalam jangka panjang ? ketika air laut kurang jernih bahkan beracun emang bakal banyak ikan yang betah tinggal disana ?
Seketika aku langsung inget sama fenomena yang diceritakan di novel Tere Liye yang berjudul Hujan. Disana diceritakan tentang peristiwa gempa bumi yang berkekuatan sangat besar yang menyebabkan banyaknya partikel gas sulfur yang keluar dari bumi dan terperangkap di atmosfer. Gas-gas tersebut menyebabkan iklim berubah untuk sekian puluh tahun. Banyak negara yang tidak tahan melihatnya dan malah melakukan intervensi dengan menjatuhkan partikel gas anti sulfur dari udara. Cuaca berubah dalam beberapa hari menjadi lebih baik. Banyak ‘ikan pari, tuna dan kerapu’ atmosfer yang menggiurkan akibat intervensi tersebut. Tapi tidak lama. Karena alam punya caranya sendiri. Akibatnya terjadi kekacauan pada lapisan troposfer yang didalamnya ada proses pembentukan awan sampai menjadi titik-tik air (hujan). Tidak akan ada lagi hujan karena siklus air sudah rusak.
Tentang hiu tadi jika dibiarkan berlarut-larut bisa aja ceritanya kaya yang di novel Hujan tersebut. Jangan sampai ekosistem laut rusak karena dampaknya pasti luar biasa. Jangan sampai anak-cucu bahkan cicit kita tidak bisa melihat pesona pantai yang cantik dan tidak bisa lagi merasakan kelezatan ikan lautnya.

ditulis pada 28 Juli 2017, di balkon Kopma BS UPI.

Sumber inspirasi :
Video Indonesiaku-Hiu Mati Salah Siapa dari Youtube.com
Artikel Manfaat Hiu bagi Lautan dari laman www.pemburuombak.com

0 Response to "TENTANG HIU DAN FENOMENA DI NOVEL HUJAN, TERE LIYE"

Posting Komentar